Tukang Cukur dengan Sikap Religius Tetap Bahagia: Kasus Usaha Kecil Masa Pandemi Covid-19
Pada
masa pandemic saat ini, banyak orang yang mengalami kerugian dalam mejalankan
profesinya. Begitu juga terjadi pada tukang cukur. Profesi tukang cukur cukup
diminati oleh banyak orang karena keuntungannya yang lumayan banyak. Akan
tetapi, pandemic ini membuat orang yang berprofesi sebagai tukang cukur
memgalami kerugian, karena tidak banyak pelanggan yang mau mampir di tempat
tukang cukur. Hal tersebut terjadi karena adanya kebijakan dari pemerintah
untuk menghimbau kepada masyarakat agar tetap di rumah. Kerugian ini pun juga
bisa berdampak pada psikologi dari tukang cukur. Di sinilah peran sikap
religious dalam mengendalikan sisi psikologis dari tukang cukur.
Diketahui bahwa sebelum pandemic
tukang cukur bisa mendapatkan 20-an konsumen bahkan lebih dalam sehari. Akan
tetapi, saat pandemic hanya mendapatkan 10-an konsumen saja.Hal ini tentu saja
merugikan seorang tukang cukur karena kebutuhannya yang lebih dari itu. Selain
itu, usaha tukang cukur bisa saja bukan dari diri sendiri, tetapi ikut ke usaha
orang lain.Dan seorang tukang cukur pun juga terkadang mengontrak untuk
membangun usahanya sendiri sebagai tukang cukur. Hal inilah yang menjadikan
tukang cukur memiliki kebutuhan yang sangat banyak.
Pandemi ini berdampak buruk bagi
psikologis seorang tukang cukur karena mengalami kerugian. Adakalanya mereka
mengalami stress, putus asa, menyerah, frustasi, dan lain-lain. Terkadang,
setelah itu mereka terus berfikir negative dan hal terseut dapat berpotensi
melakukan suatu hal yang negative seperti kejahatan mencuri, dan lain-lain.
Maka dari itu perlu adanya suatu pengendalian mengenai hal tersebut.
Nilai-nilai agama memiliki peran
besar dalam pembentukan sikap, terlebih bila hal tersebut ditanamkan sejak usia
dini. Dengan ajaran-ajaran agama ini akan membentuk suatu pikiran dan sikap
yang positif. Dalam konsepsi Islam, tepatnya psikologi Islam, religiusitas
berhubungan spiritualitas. Spititualitas di sini merujuk kepada suatu hal yang
positif, baik dalam berpikir maupun dalam bersikap, salah satunya yaitu
membangun rasa kebahagian. Rasa kebahagiaan ini muncul karena adanya
spiritualitas Islam yang mengajarkan beberapa nilai-nilai Islam yang secara
penuh diyakini kebenarannya oleh seseorang. Jadi, bisa dikatakan bahwa
kebahagiaan yang ada dalam diri seseorang tergantung sberapa yakinnya seseorang
tersebut terhadap ajaran-ajaran Islam.
Begitu pula yang terjadi pada
tukang cukur. Adanya pandemic memang menjadikan usaha mereka merugi, tetapi
mereka meyakini ajaran-ajaran Islam yang membuat mereka tetap berfikir positif
dan besikap positif. Mereka meyakini bahwa semua rezeki yang diberikan oleh
Allah SWT kepada setiap orang tidak akan berkurang ataupun bertambah. Oleh
karena itu, mereka merasa tidak rugi dan terus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Dan hal tersebut akan muncul suatu kebahagiaan di dalam diri
tukang cukur walaupun mereka dalam keadaan susah.
Komentar
Posting Komentar